Kumpulan Aplikasi untuk Memantau Keberadaan Orang Terkasih

Trusted Contacts | Screenshot
Perkembangan teknologi semakin membantu kehidupan kita sehari-hari. Termasuk di dalamnya adalah kemampuan untuk memantau lokasi keluarga atau orang-orang terkasih melalui sebuah aplikasi. Kali ini, Tech in Asia Indonesia memberi referensi aplikasi-aplikasi yang memudahkan kamu untuk menemukan atau memantau lokasi mereka yang kamu kasihi.

Bosco Parent app – Family safety

Bosco App | Screenshot
Aplikasi ini memungkinkan orang tua melacak keberadaan anak-anak mereka secara real time. Selain itu, Bosco juga memiliki fitur untuk membantu orang tua memantau kegiatan anak-anaknya ketika menggunakan smartphone secara online. Melalui fitur ini, orang tua bisa mengetahui aktivitas anaknya ketika mengakses media sosial seperti Facebook, Twitter, maupun Instagram.
Untuk menggunakannya, orang tua harus mengunduh aplikasi ini terlebih dahulu di smartphone mereka. Selanjutnya, orang tua harus memasukkan tambahan informasi seperti nomor ponsel anak. Nantinya, nomor ponsel anak akan menerima SMS yang berisi tautan untuk mengunduh aplikasi Bosco versi anak yakni Bosco Child – Keeps Kids Safe. Setelah aplikasi terpasang, maka orang tua sudah bisa memantau lokasi dan kegiatan anaknya ketika menggunakan smartphone.

Trusted Contacts

Trusted Contacts | Screenshot
Aplikasi buatan Google ini memungkinkan penggunanya mengetahui secara real time lokasi orang yang mereka sayangi. Pengguna bisa memilih hingga lima puluh kontak yang ia yakini ketika akan memberikan update lokasinya. Untuk menggunakannya, kamu harus memberikan izin dulu pada mereka yang ingin mengetahui lokasimu. Jika dalam lima menit kamu tidak merespon, Trusted Contacts akan mengirimkan pada mereka di mana lokasi terakhir keberadaanmu.
Ketika kamu membagi lokasi keberadaanmu, mereka yang menjadi kontak terpercayamu bisa melihat pergerakanmu melalui map. Pihak Google menjelaskan aplikasi ini bagus untuk membantu seseorang ketika pulang larut malam.

Famy

Famy | Screenshot
Aplikasi ini buatan developer asal Korea, Spacosa, yang memang fokus membuat aplikasi bertema keluarga dan kemudahan berkomunikasi di antara keluarga. Famy dirilis sejak Oktober 2013 dan sudah mendapat lebih dari satu juta unduhan.
Jika dibandingkan dengan aplikasi serupa, Famy memiliki fitur yang cukup lengkap, yakni memberi lokasi secara akurat, merekam & menyimpan jejak lokasi yang telah dilalui, memiliki empat pilihan mode untuk penandaan lokasi tiap anggota keluarga melalui peta, tidak membuat baterai boros, dapat digunakan sebagai grup chatting antar keluarga & mengirim lokasi, mengirim pesan bahaya atau SOS, dan dapat juga digunakan untuk chatting perorangan.

Glympse – Share GPS Location with Friends and Family

Glympse | Screenshot
Di negara dengan pengguna aplikasi BBM (BlackBerry Messenger) yang masih tinggi seperti Indonesia, pasti sudah pernah mendengar nama aplikasi Glympse. Ya, developer asal Washington, Amerika Serikat ini memang berpengalaman dalam aplikasi navigasi sejak 2008. Terutama fitur yang mereka sematkan ke dalam aplikasi BBM yang memungkinkan kamu untuk mengetahui lokasi lawan bicara di dalam aplikasi ini.
Aplikasi ini seperti media sosial, kamu bisa follow orang-orang terdekat dan berbagi lokasi dengan mereka. Beberapa fitur lainnya adalah kemudahan chatting langsung dengan orang lain tanpa aplikasi tambahan, dapat digunakan di belahan dunia manapun dengan mengandalkan GPS atau mobile data, dan tanpa menguras banyak baterai smartphone kamu.

Airbus Tengah Merancang Taksi Terbang yang Bisa Dipesan lewat Aplikasi

Airbus, perusahaan yang dikenal sebagai produsen beragam jenis pesawat terbang dan helikopter, berencana menguji prototipe mobil terbang pada akhir tahun 2017. “Saat ini kami masih dalam tahap eksperimen, dan kami mengembangkan teknologi ini dengan sangat serius,” jelas CEO Airbus, Tom Enders, seperti ditulis BGR.
Konsep mobil terbang seperti yang disebutkan oleh Airbus bukanlah hal baru. Sudah ada beberapa perusahaan lain yang mendesain mobil dengan kemampuan serupa, seperti yang dilakukan oleh AeroMobil atau Terrafugia. Namun, prototipe yang dirancang oleh Airbus memiliki kemampuan unik, yaitu dapat beroperasi secara otomatis tanpa memerlukan kendali dari penumpang.
Prototipe mobil terbang bernama Project Vahana yang tengah dirancang Urban Air Mobility, salah satu divisi dalam Airbus, akan mampu mengangkut satu orang penumpang. Mobil tersebut rencananya dilengkapi teknologi VTOL (vertical take off and landing) yang membuatnya mampu lepas landas serta mendarat secara vertikal, tanpa memerlukan landasan pacu.

Solusi kepadatan lalu lintas

Flyover Concept Airbus | Image
Menurut Enders, Project Vahana adalah salah satu solusi untuk menghindari kemacetan di jalan.
Seratus tahun lalu, moda transportasi di daerah perkotaan menuju ke bawah tanah. Kini kami memiliki teknologi untuk membawanya ke angkasa.
Karena beroperasi di udara, Enders menyebutkan bahwa mobil terbang bisa mengurangi biaya pembangunan infrastruktur kota karena tidak memerlukan jalan raya, jembatan, dan lainnya. Mobil terbang buatan Airbus juga dirancang ramah lingkungan. Dengan memanfaatkan berbagai teknologi mutakhir dan energi listrik, mobil tersebut akan memiliki tingkat polusi yang rendah.

Masih panjang dari realisasi

CEO Airbus Tom Enders | Photo
Tom Enders, CEO Airbus
Meski demikian, Rodin Lyasoff selaku CEO dari A3 yang merupakan salah satu anak perusahaan Airbus Group dan partner dalam pengembangan mobil terbang, menyebutkan bahwa pihaknya masih menghadapi berbagai kendala untuk merealisasikan teknologi ini. Salah satu yang tengah mereka coba pecahkan adalah sistem untuk mencegah sesama mobil terbang agar tidak saling bertabrakan di udara.
Selain itu, Airbus berencana untuk membuat aplikasi untuk mobil terbangnya. Dengan aplikasi tersebut, pengguna bisa memesan mobil terbang untuk datang menjemput dan mengantar ke tujuan, layaknya layanan transportasi online saat ini.
Airbus hingga kini belum menyebutkan kapan mobil terbang buatannya akan dipasarkan secara komersial. Namun, Enders cukup optimis dengan proyek yang tengah digarap oleh perusahaannya ini. “Di masa depan yang tidak terlalu jauh, kita akan menggunakansmartphone untuk memesan taksi terbang yang akan mendarat di depan rumah kita, dan taksi tersebut dapat beroperasi secara otomatis tanpa pilot,” pungkas Enders

Masyarakat Indonesia Adalah Pengunduh Aplikasi Terbanyak Keempat di Google Play

Pada tanggal 17 Januari 2017, perusahaan analisis aplikasi mobile AppAnnie merilis laporan terbaru terkait tren penggunaan aplikasi sepanjang tahun 2016. Dalam laporan tersebut, Indonesia menempati posisi keempat dalam daftar negara dengan jumlah unduhan aplikasi terbanyak di Google Play, naik dari posisi keenam di tahun 2015 setelah berhasil menyalip Rusia dan Meksiko.
Hal ini seperti menandakan kalau Android masih merupakan platform yang cukup populer di tanah air. Masyarakat Indonesia cukup sering mengakses aplikasi Android, dengan total waktu akses dari seluruh pengguna dalam negeri mencapai sekitar 50 miliar jam setahun. Total penggunaan tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara keempat dengan waktu akses aplikasi terlama di luar Cina.
AppAnnie Report 2016 | Screenshot
Cina, Amerika Serikat, dan Jepang masih menguasai total unduhan aplikasi di Apple App Store. Indonesia belum berhasil menembus peringkat sepuluh besar dalam daftar tersebut, meski sebenarnya Apple App Store merupakan platform penyumbang pendapatan terbanyak untuk para pembuat aplikasi mobile.
Secara global, AppAnnie mencatat peningkatan sebesar lima belas persen dalam jumlah unduhan aplikasi baik di platform iOS maupun Android. Sedangkan dalam hal pendapatan yang diterima developer, terjadi peningkatan sebesar empat puluh persen.
Berbagai data tersebut seperti menunjukkan kalau bisnis aplikasi mobile kian menjanjikan bagi para developer. Hal ini pun didukung dengan kian seringnya masyarakat dunia dalam mengakses aplikasi, yang menurut AppAnnie telah mencapai angka sembilan ratus miliar jam, alias naik dua puluh persen dibanding tahun 2015 lalu.

Beberapa tren baru di bisnis aplikasi mobile

AppAnnie Revenue | Screenshot
Menurut AppAnnie, ada beberapa tren menarik yang mereka lihat sepanjang tahun 2016 kemarin. Yang pertama adalah pendapatan aplikasi video streaming yang meningkat secara signifikan, seperti yang dialami oleh YouTube dan Netflix. Di Indonesia sendiri, telah ada beberapa layanan serupa yang telah hadir, mulai dari Genflix, HOOQ, hingga iFlix.
Tren kedua yang juga tak kalah menarik menurut AppAnnie adalah kian populernya aplikasi fintech seperti PayPal dan Venmo. Dibandingkan tahun 2015 yang lalu, pengguna aktif Venmo bahkan meningkat hingga dua kali lipat. Fenomena ini seperti seiring dengan perkembangan startup fintech di tanah air yang juga kian tumbuh dengan cukup pesat.
read also

Terakhir, AppAnnie menyatakan kalau makin banyak masyarakat yang memilih untuk berbelanja lewat aplikasi mobile saat pesta diskon seperti Single’s Day dan Harbolnas. Mereka pun kian tertarik dengan konten promosi berbentuk video, yang disebarkan lewat aplikasi media sosial

Metasurface akan Buat Lensa Smartphone Lebih Tipis dari Rambut Manusia

Lensa pada smartphone generasi berikutnya akan lebih tipis dari selembar rambut manusia. Tim peneliti dari Caltech dan Samsung telah sukses mengembangkan lensa datar yang dapat ditumpuk di atas sensor digital untuk membuat kamera berukuran kecil, seperti dikutip dari Digital Trend.
Lensa yang disebut metasurface ini terbuat dari bahan silikon sebanyak dua buah.Metasurface dapat disesuaikan agar diameternya berubah. Ketika diameter diubah, metasurface bisa mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke lensa sehingga gambar yang dipotret menjadi lebih fokus. Dahulu fungsi pengaturan titik api lensa (focal length) ini dikerjakan oleh lensa yang terbuat dari beberapa lapisan kaca.
Metasurface ini bisa diterapkan untuk kamera mungil, baik bagi perangkat mobile sepertismartphone atau wearable. Bisa juga diterapkan pada perangkat keilmuan seperti mikroskop atau kamera endoskopi.
Ketebalan tiap silinder dalam metasurface ini hanya enam ratus nanometer. Sehingga, menumpuk dua silikon silinder ini hanya menghasilkan lensa setebal 1.200 nanometer—jauh lebih tipis dari rambut manusia yang tebalnya seratus ribu nanometer!
Ini bukan pertama kalinya mereka mencoba menggunakan silikon untuk menggantikan lensa. Sebelumnya, mereka telah mencoba untuk membuat fokus cahaya untuk fotografi. Sayangnya, usaha ini belum berhasil menghasilkan gambar yang jernih.
Gambar yang dihasilkan nyatanya masih buram, terutama di bagian pinggir. Efek yang sama terjadi ketika kamu menggunakan kaca pembesar. Dengan menempatkan lensa kedua, Caltech dan Samsung berhasil menghilangkan sebagian besar keburaman ini. Setidaknya sistem lensa ini bisa menangkap dan memfokuskan cahaya dari sudut tujuh puluh derajat. Alhasil, teknologi ini akhirnya bisa diaplikasikan pada kamera dan mikroskop.
hasil foto lensa metasurface
Hasil foto dengan dua lembar lensa metasurface lebih jernih (kiri). Sumber: Caltech
Metasurface dapat diproduksi massal dengan mudah dan murah, seperti halnya cip komputer,” kata peneliti Caltech, Amir Arbabi seperti tertulis dalam situs Caltech. Dalam penelitiannya, Arbabi bekerja sama dengan Andrei Faraon, asisten profesor untuk fisika terapan dan ilmu materi dari Caltech, serta Seunghoon Han, dari Samsung Electronics.
Menurut Faraon, berbagai produk elektronik bagi konsumen atau perangkat medis yang menggunakan kamera, membutuhkan lensa yang datar, ringan, dan murah. Apakah metasurface mampu menjawab kebutuhan ini
 

Pelajaran yang Bisa Dipetik dari Tiga Game Indie Terlaris di Steam pada Tahun 2016

Tahun 2016 merupakan tahun yang penuh dengan game berkualitas tinggi. Baik perusahaan besar maupun tim-tim indie sama-sama berhasil menghasilkan produk berkesan, beraneka ragam, dan tentunya juga sukses di pasaran. Ini semua mematahkan stigma bahwa game indieidentik dengan harga murah, mutu tak jelas, serta tampilan visual yang begitu-begitu saja.
Valve telah merilis daftar game terlaris di Steam sepanjang tahun 2016. Di antara gempuran judul-judul raksasa seperti Fallout 4 dan The Witcher 3: Wild Hunt, ternyata ada beberapagame indie yang mampu bersaing di peringkat atas. Mari kita tengok kembali tiga game indieterlaris di Steam pada tahun 2016, serta pelajaran yang bisa kita ambil dari kiprah para developernya.

No Man’s Sky

No Man's Sky | Featured
No Man’s Sky banyak memicu kontroversi, tapi secara bersamaan juga berhasil menuai kesuksesan besar. Hello Games selaku developer patut kita acungi jempol karena berani membuat game dengan semesta virtual yang begitu luas berkat algoritma prosedural khusus. Terlepas dari gameplay dan konten yang masih bisa diperbaiki, algoritma ini adalah terobosan yang bisa mengubah metode desain level game di masa depan.
Kita juga tak boleh melupakan kejadian di malam Natal tahun 2013, ketika markas Hello Games di kota Guildford, Inggris, terkena musibah banjir. Aset-aset berharga, termasuk komputer dan barang-barang elektronik, lenyap atau musnah di malam tersebut. Tapi Hello Games bangkit lagi dan melanjutkan pengembangan No Man’s Sky lewat backup data milik mereka.
No Man’s Sky bukan produk yang sempurna. Tapi di balik kekurangan-kekurangannya, terdapat semangat juang serta idealisme kuat yang bisa kita teladani. Hello Games ke depannya juga harus belajar agar tidak terlalu banyak menjanjikan hal yang tak pasti, karena ketika janji-janji tidak terpenuhi, hasilnya adalah rasa kecewa.

Rocket League

Rocket League | Screenshot 1
Sebenarnya Rocket League dirilis pada bulan Juli 2015, tapi setahun kemudian, gamegabungan antara “bom bom car” dan sepak bola ini masih terus melaju sebagai salah satugame indie terpopuler di Steam. Menurut data SteamSpy, sampai sekarang Rocket League telah terjual sebanyak lebih dari 4,9 juta kopi! Angka yang sangat fantastis, dan bahkan belum termasuk penjualan versi PS4 dan Xbox One.
Resep kesuksesan Rocket League (selain konsep kocak dan gameplay yang seru) terletak pada frekuensi munculnya konten-konten baru. Harga jualnya yang hanya Rp135.999 sebetulnya tergolong murah, tapi Psyonix selaku developer terus menambahkan barang-barang kosmetik, mode, arena, hingga event baru selama setahun terakhir. Hasilnya, Rocket Leaguepunya value sangat tinggi dibanding uang yang dikeluarkan saat membeli.
Psyonix juga pandai memanfaatkan momen-momen seputar kultur pop lain untuk membuat konten tematik. Sebagai contoh, ketika film Batman v Superman: Dawn of Justice muncul, mereka merilis Batmobile sebagai DLC berbayar. Di lain waktu, DLC DeLorean hadir untuk merayakan ulang tahun Back to the Future ketiga puluh. Selalu ada yang baru di Rocket League, sehingga game ini tak pernah sepi dari peminat.

Stardew Valley

Stardew Valley | Screenshot 1
Sebagai sesama game yang dirilis di tahun 2016, total pendapatan Stardew Valley memang masih di bawah No Man’s Sky. Namun dari sisi angka penjualan, game bertema kehidupan bercocok tanam ini menang telak. Stardew Valley terjual sekitar dua juta kopi sejak Februari 2016 (menurut SteamSpy), dan beberapa waktu lalu baru saja dirilis untuk PS4 serta Xbox One.
Stardew Valley adalah contoh sempurna game yang dibuat oleh penggemar untuk penggemar. Sang developer bernama Eric Barone adalah pengagum berat seri Harvest Moon serta Rune Factory, dan ia benar-benar mencurahkan kecintaannya terhadap dua judul tersebut lewatgame ini. Barone juga mengidentifikasi hal-hal yang menurutnya kurang, kemudian mengubahnya menjadi lebih menyenangkan dengan caranya sendiri.
Barone sangat terbuka terhadap masukan dari komunitas. Ia juga mau bekerja sama dengan perusahaan lain untuk membantu penerbitan, lokalisasi bahasa, serta porting ke platform lain. Namun ia tetap punya visi jelas terhadap wujud game yang ia inginkan. Terbukti, ketika banyak pihak meminta agar mekanisme memancing diubah, Barone bergeming dan memilih untuk mempertahankan gameplay buatannya.

Secara singkat, kita bisa merangkum formula kesuksesan tiga game indie di atas ke dalamempat poin utama, yaitu:
  • Visi yang jelas,
  • Keterbukaan,
  • Semangat kerja yang tinggi, serta
  • Penambahan konten berkala.
Sekilas poin-poin ini terdengar sederhana, namun pada praktiknya tidak semua developer bisa menerapkan hal-hal tersebut dengan konsisten.
Di era modern ini, batas antara game indie dan AAA menjadi semakin kabur. Shahid Kamal Ahmad (mantan pimpinan tim manajemen konten Sony Computer Entertainment Europe)pernah berkata bahwa label “indie” atau “AAA” bukan pemisah antara satu jenis gamedengan game lainnya.
Game adalah game, dan yang terpenting adalah kualitas serta kreativitas di dalamnya. Semoga di tahun 2017 ini kita bisa melihat lebih banyak game indie yang lebih baik dan lebih sukses dari tiga judul di atas.

Bagaimana Perkembangan Internet of Things di Tahun 2017 Nanti?

Internet of Things (IoT) merupakan sebuah teknologi yang tengah ramai dibincangkan akhir-akhir ini. Dengan teknologi tersebut, setiap barang yang kamu miliki nantinya bisa terhubung dengan internet, sehingga bisa dikendalikan dari jarak jauh dengan smartphone atau bahkan dengan perintah suara.
Pada tahun 2017 nanti, diperkirakan akan ada 1,5 juta perangkat baru yang terhubung dengan internet. Jumlah tersebut bahkan disebut-sebut akan meningkat hingga mencapai dua puluh miliar perangkat di tahun 2020.
Di Indonesia sendiri, telah ada beberapa perusahaan yang mencoba masuk ke bisnis IoT, seperti Dattabot dan Dycode. Pemerintah kota seperti Jakarta dan Bandung pun tengah begitu getol mengembangkan teknologi IoT untuk mendukung penerapan konsep Smart City.
Lalu bagaimana sebenarnya perkembangan IoT di Tahun 2017 nanti?

Infrastruktur internet harus mampu menangani koneksi dalam jumlah banyak

IPV6 | Ilustrasi
Sumber gambar: Ravidhavlesha
Jaringan internet sebenarnya tidak dirancang untuk bisa melayani dua puluh miliar perangkat sejak awal. Namun dengan perkembangan Internet of Things yang begitu pesat, mau tidak mau mereka harus bisa menangani semua perangkat tersebut.
Menurut Rowan Trollope, Senior Vice President dan General Manager bidang Penerapan IoT dari Cisco, saat ini jaringan internet telah mampu menangani 340 triliun triliun perangkat berkat kehadiran protokol IPv6. Hal ini tentu harus didukung oleh para pembuat perangkat IoT agar tidak membuat perangkat yang terlalu sering mengirim permintaan, yang bisa membebani jaringan internet.

Ancaman keamanan semakin tinggi

Seiring dengan perkembangan perangkat IoT, semakin banyak pula serangan dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab terhadap perangkat-perangkat pintar tersebut. Saat ini telah ada serangan yang berusaha menembus jaringan listrik hingga sistem lampu lalu lintas, meski belum ada yang berhasil.
Untungnya, menurut Trollope, kita juga bisa membuat keamanan internet agar menjadi lebih pintar. Salah satu contohnya adalah dengan membatasi akses yang bisa diterima oleh sebuah perangkat IoT. Sebuah pengukur suhu misalnya, tidak perlu diizinkan untuk menerima jutaan permintaan setiap detik.

Pasar yang besar untuk “penghubung” IoT

Dengan banyaknya data yang dikumpulkan oleh para perangkat IoT, sepertinya mustahil kalau semua data tersebut bisa langsung tersaji di internet secara real time. Oleh karena itu, menurut Trollope, diperlukan sebuah sistem penghubung yang bisa memproses semua data yang dihasilkan oleh perangkat IoT, sebelum kemudian dikirim ke internet.
Sebuah pesawat terbang misalnya, mempunyai banyak sekali data dari sensor yang biasanya mereka kumpulkan terlebih dahulu, untuk kemudian dikirim ketika pesawat telah mendarat. Namun apabila ada kegagalan mesin yang harus diselesaikan dalam waktu cepat, tentu informasi tersebut harus segera dikirim kepada sang pilot atau tim pemantau di darat.

Dalam kasus-kasus seperti itu dibutuhkan sistem penghubung antara perangkat IoT dan pusat penyimpanan data yang terhubung dengan internet. Terkait hal ini Trollope berpendapat di tahun 2017 nanti IoT akan menjadi sebuah bisnis yang menjanjikan.

Semua peralatan elektronik akan menjadi perangkat pintar

Perangkat Google Home | Foto
Google Home
Perkembangan IoT tidak hanya menyasar industri besar seperti jaringan listrik maupun pabrik, namun juga ke perangkat elektronik yang berada di rumah kamu. Barang-barang seperti pemanggang roti, lampu, oven, hingga kulkas, nantinya akan terhubung dengan internet.
Fenomena ini pun menjadi begitu masif seiring kian murahnya biaya untuk memasang koneksi internet dalam sebuah perangkat elektronik.
Namun apabila setiap perangkat tersebut mempunyai aplikasi sendiri, hal tersebut tentu akan menyulitkan pengguna. Itulah mengapa kini mulai muncul perangkatatau aplikasi yang bisa mengontrol semua perangkat tersebut, seperti Amazon Echo, Google Home, atau mungkin juga lewat aplikasi chat seperti LINE dan Facebook Messenger.

Perkembangan mobil pintar

Terakhir menurut Trollope, di tahun 2017 nanti akan semakin banyak kendaraan yang terhubung dengan internet. Hal ini menurutnya didukung dengan perkembangan jaringan Dedicated Short Range Communications (DSRC) dan 5G.
Sebagai contoh, saat ini Audi telah melakukan uji coba untuk menghubungkan mobil dengan lampu lalu lintas di Las Vegas agar bisa berhenti di posisi dan saat yang tepat. Lebih lanjut dari itu, di tahun 2017 nanti kita juga akan melihat perkembangan besar dari inovasi mobil tanpa pengemudi.

Bisakah Viralitas “Om Telolet Om” Mengikuti Kesuksesan Tahu Bulat?

Tahun 2016 adalah tahun yang sangat “bising”. Banyak hal terjadi baik dari segi politik, hiburan, ataupun teknologi. Seakan-akan menggambarkan kebisingan tahun ini, kita semua pun harus disajikan dengan sebuah fenomena viral yang benar-benar berisik secara harfiah: “om telolet om.”
Jika kamu baru keluar dari gua, mungkin kamu belum begitu familier dengan “om telolet om”. Tapi jika kamu cukup aktif di media sosial atau melakukan perjalanan keluar rumah, tentunya kamu paham betul fenomena “om telolet om” yang awalnya populer di jalur Pantura, namun tiba-tiba terbawa ke dunia internet yang menyenangkan.

Dari Pantura ke dunia digital

Mungkin kamu bertanya-tanya apa hubungannya “om telolet om” —yang telah menyita perhatian banyak selebriti internasional— dengan industri teknologi. Jawabannya simpel! Kamu cukup mengakses Google Play Store dan ketik “om telolet om” di kolom pencarian. Lihatlah seperti apa hasilnya!
Om Telolet Om Google Play Store | Screenshot
Saya bahkan harus zoom out cukup jauh untuk dapat menampilkan seluruh hasil pencariannya
Hanya terpaut beberapa hari sejak fenomena ini populer, kamu sudah bisa menemukan puluhan game dan aplikasi yang memanfaatkan momentum keviralan “om telolet om.” Hal ini cukup mengingatkan saya dengan fenomena ketika Own Games memperoleh kesuksesan melalui Tahu Bulat atau ketika banyak tiruan Flappy Bird dan Threes (dengan judul 2048) mengotori Play Store.
 Eldwin Viriya, CEO dari Own Games bercerita tentang bagaimana dia memulai Tahu Bulat dan hubungannya dengan fenomena makanan viral yang penuh kearifan lokal tersebut.
Sebenarnya Tahu Bulat tidak terinspirasi dari meme, tapi dari tukang tahu bulat yang saya lihat sungguhan. Saya rasa bisnis tahu bulatnya sendiri unik dan bagus untuk diangkat menjadi game. Ketika dicari di Play Store pun tidak ada game Tahu Bulat. Karena itu kami coba membuat game dengan tema tersebut.
Fenomena Tahu Bulat di internet memang tak sebesar keunikan suara klakson truk dan bus yang terjadi saat ini. Tapi kenyataan justru sebaliknya. Begitu game Tahu Bulat populer di pasaran, maka tiruan dan pencuri konten, serta popularitas Tahu Bulat sebagai meme pun bermunculan di internet. Tapi bukan berarti keunikan Tahu Bulat tidak cocok menjadi meme lo!
Eldwin pun menyetujui teori bahwa Tahu Bulat menjadi besar berkat viralitas yang berkembang menjadi meme. Tapi ada satu hal yang membedakan Tahu Bulat dengan banyaknya game yang dikembangkan semata-mata demi mengejar viralitas.
Tahu Bulat | Screenshot

Kualitas di atas viralitas

Satu hal yang menjadi kekurangan game yang mengejar viralitas adalah kualitas yang rendah. Padahal kualitas ini begitu krusial dan wajib dimiliki semua game di dunia. Fakta bahwa pengembang harus dikejar-kejar waktu sebelum viralitas redup atau diambil developer lain mungkin menjadi batasan tersendiri.
Game juga memerlukan hal lain, seperti diungkapkan Eldwin: “game Tahu Bulat tidak sepenuhnya memanfaatkan meme, tapi juga menambah value dari apa yang sedang viral tersebut.”
Value ini bisa hadir dalam berbagai bentuk. Tapi untuk game, tentunya kualitas menjadi kunci. Tidak baik bila game yang dikembangkan kelak hanya membuang waktu dan uang para pemain, karena developer terlalu buru-buru membuatnya.
Untuk urusan ini, Own Games cukup diuntungkan karena mereka tidak perlu dikejar waktu redupnya viralitas. “Kami tidak tergesa-gesa karena meme. Sebenarnya meme Tahu Bulat sendiri tidak seviral telolet sekarang. Ketika mau merilis game Tahu Bulat, saya coba googling singkat, dan berita terakhir tentang tahu bulat sudah lewat sekitar dua minggu,” katanya
“Kami justru tergesa-gesa karena ketika ditunjukkan di acara Pasar Komik Bandung, respons dari para pemainnya bagus. Jadi kami malah takut mereka keburu pada lupa kalau ada game tersebut, hahaha.”

Manfaatkan momen

Jam Telolet Jam | Screenshot
Tidak ada yang salah dengan membuat game simpel bertema telolet ataupun aplikasi klakson sebagai aktivitas iseng yang mungkin hit. Tapi akan lebih baik jika momen ini tidak dimanfaatkan dengan maksimal.
Beberapa contoh menarik yang dapat dilihat di Google Play Store adalah bagaimana beberapa developer game memberikan update simpel di game mereka yang berhubungan dengan kepopuleran telolet. Contohnya seperti yang dilakukan game Cute Munchies, Ngamen Nonstop, atau Juragan Terminal.
Dengan update simpel yang menambah fitur minor berhubungan dengan telolet, beberapa game tersebut mendapatkan kesempatan untuk memanfaatkan optimisasi mesin pencari Play Store dengan kata kunci “om telolet om” dan di saat bersamaan tetap menyajikan game dengan kualitas gameplay dan visual yang terpoles.
Seandainya developer tetap ingin membuat sesuatu yang baru, mengikuti acara game jam seperti yang diadakan sekelompok developer lokal pun bisa menjadi solusi. Bahkan saking populernya “om telolet om,” game jam ini didukung langsung oleh situs Gamejolt!

Google Tetap Akan Luncurkan 2 Smartwatch Baru di Awal 2017.

Google Smartwatch | Ilustrasi
Pada tanggal 22 Desember 2016 kemarin, Google mengumumkan kalau mereka akan meluncurkan dua smartwatch kelas atas pada kuartal pertama tahun 2017. Hal ini diungkapkan Jeff Chang, Product Manager dari Android Wear di Google, dalam sebuah wawancara dengan The Verge.
Kedua smartwatch tersebut tidak akan menggunakan merek Google seperti smartphone Pixel. Google justru akan kembali menggunakan merek pihak ketiga, seperti yang mereka lakukan ketika membuat seri smartphone Nexus. Dalam pembuatannya, Google pun berkolaborasi dengan pembuat smartwatch tersebut dalam hal desain hardware dan integrasi software.
Namun sejauh ini Chang belum mau menyebut nama produsen yang akan membuat smartwatch tersebut. Pada saat peluncurannya nanti, kedua smartwatch tersebut akan menjadi perangkat pertama yang menggunakan sistem operasi khusus perangkat wearable terbaru dari Google, yaitu Android Wear 2.0. Setelah itu, Google pun akan merilis Android Wear 2.0 untuk smartwatch lain yang telah dibuat sebelumnya, seperti Moto 360 Gen 2, LG Watch Urbane, hingga Asus ZenWatch 3.
Smartwatch Moto360
Dengan Android Wear 2.0, smartwatch yang kamu gunakan akan mempunyai kemampuan untuk berfungsi secara independen tanpa harus terhubung dengan smartphone, serta terintegrasi dengan fitur kecerdasan buatan (AI) Google Assistant dan layanan pembayaran Android Pay.

Masih adakah “nafas” untuk smartwatch?

Langkah Google ini dinilai merupakan usaha mereka untuk meyakinkan para konsumen kalau masih ada kebutuhan untuk produk smartwatch. Hal ini juga seperti menjawab laporan perusahaan riset eMarketer yang menyatakan kalau smartwatch telah gagal menarik perhatian konsumen.
Menurut eMarketer, smartwatch saat ini kurang diminati karena harganya yang mahal dan terlalu banyak fitur yang berada di dalamnya. “Para anak muda pada awalnya tertarik dengan perangkat wearable seperti Fitbit karena fungsinya yang jelas untuk menjaga kesehatan dan harganya yang murah,” tutur analis eMarketer Monica Peart.

Ketika saat ini smartwatch hadir dengan fungsi yang serupa dengan smartphone, namun dengan harga yang mahal, masyarakat jadi lebih berpikir sebelum membeli. Inilah mengapa eMarketer menurunkan prediksi perkembangan smartwatch di Amerika Serikat tahun ini dari angka enam puluh persen menjadi hanya 24,7 persen.
Dunia smartwatch pun sempat terguncang setelah salah satu perusahaan smartwatch Pebble memutuskan untuk berhenti membuat produk dan menerima tawaran akusisi dari Fitbit. Bagaimana dengan 2017, apakah vendor smartwatch yang lain masih yakin dengan potensi produk ini?

Lindungi Aktivitas Kamu di Dunia Maya dengan Identitas Digital PrivyID

Keamanan Data Pribadi | Ilustrasi
Saat ini, setiap orang bebas membuat beberapa alamat email, akun media sosial, hingga menggunakan lebih dari satu nomor telepon. Hal ini bisa menjadi masalah apabila identitas ganda tersebut kemudian digunakan untuk tindak kejahatan.
Itulah alasan mengapa seorang lulusan Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FH UI), Marshall Pribadi, kemudian memutuskan untuk membuat startup identitas digital bernama PrivyID. Karena setiap orang hanya bisa mempunyai sebuah PrivyID, maka para penyedia layanan digital bisa memanfaatkannya, dan menutup kemungkinan pengguna mereka untuk membuat lebih dari satu akun.
“Untuk para pengguna PrivyID, mereka juga bisa merasakan keuntungan karena tidak perlu lagi mengisi formulir pendaftaran yang panjang setiap kali akan menggunakan aplikasi atau layanan baru. Cukup berikan PrivyID kamu, dan seluruh formulir tersebut akan terisi,” ujar Marshall kepada Tech in Asia.

Jaga privasi pengguna

Marshall Pribadi PrivyID | Foto
Marshall Pribadi, CEO PrivyID
Sebelum membangun PrivyID, Marshall sebenarnya telah membangun startup lain. Bersama dengan Harjo Winoto dan Guritno Adisaputra, ia membuat sebuah platform pembuatan kontrak online yang bernama PrivyDoc. Pengguna bisa membuat kontrak dengan cepat, dan bisa langsung mengesahkannya dengan sebuah tanda tangan digital.
“Kami kemudian sadar kalau bisnis tersebut tidak scalable. Setiap perusahaan biasanya sudah punya format kontrak masing-masing, yang memaksa kami membuat produk berbeda untuk setiap perusahaan,” jelas Marshall. Sejak itu, ia pun meninggalkan fitur pembuatan kontrak di PrivyDoc, dan mempertahankan fitur identitas dan tanda tangan digital dengan PrivyID.
Untuk memastikan kalau setiap orang hanya bisa mempunyai sebuah PrivyID, mereka mengharuskan setiap pengguna untuk mengunggah foto dari KTP mereka. Setelah itu, pengguna bisa memasukkan berbagai jenis data pribadi ke dalamnya, mulai dari alamat email, nomor telepon, spesimen tanda tangan, rekening bank, hingga informasi tempat bekerja dan riwayat pendidikan.

Menurut Marshall, pengguna PrivyID tidak perlu khawatir ketika memasukkan data-data pribadi seperti itu, karena mereka hanya akan membagikan data tersebut ke pihak lain atas persetujuan pengguna. “Apabila pengguna kami ingin melakukan pendaftaran di rumah sakit contohnya, mungkin kami akan memberikan sebagian besar data pribadi tersebut. Sedangkan untuk aplikasi ojek on-demand mungkin kami hanya akan memberikan data-data seperti email dan nomor telepon saja,” jelas Marshall.
PrivyID juga bisa digunakan untuk melakukan panggilan telepon secara rahasia. “Contohnya apabila sebuah penyedia layanan ojek on-demand sudah terintegrasi dengan PrivyID, maka pengemudi mereka bisa menelepon penumpang lewat aplikasi PrivyID tanpa perlu mengetahui nomor telepon penumpang tersebut,” ujar Marshall.

Kerja sama dengan IndiHome

Fitur PrivyID | Screenshot
Saat ini PrivyID telah mempunyai sekitar 60 ribu pengguna, namun pengguna yang aktif menggunakan aplikasi tersebut masih di bawah lima persen. “Fenomena tersebut dikarenakan belum banyak aplikasi yang memanfaatkan PrivyID untuk fasilitas login,” ujar Marshall.
Berkat bergabung dengan inkubator startup yang dimiliki Telkom, yaitu Indigo, PrivyID kini bisa bekerja sama dengan mitra-mitra dari Telkom. “Saat ini, sudah ada 10 perusahaan yang bekerja sama dengan PrivyID, di antaranya adalah IndiHome, Divisi Enterprise Service Telkom, GudangVoucher, dan SewaKamera,” tutur Marshall.
Kerja sama tersebut tidak hanya dalam hal penggunaan PrivyID untuk fasilitas login, namun juga untuk penerapan penggunaan tanda tangan digital. “Kami juga berniat untuk mempromosikan PrivyID agar bisa digunakan di bisnis sumber daya manusia, baik oleh pelamar kerja maupun penerima kerja,” jelas Marshall.

Masih perlu edukasi kepada konsumen

Tampilan Aplikasi PrivyID | Screenshot
Menurut Marshall, hambatan terbesar dari pengembangan PrivyID adalah sulitnya mengedukasi masyarakat untuk menggunakan PrivyID. “Tapi akhir-akhir ini, pemerintah makin berpikir tentang masalah ini. Hal tersebut dibuktikan dengan rencana implementasi Sertifikat Digital Nasional dan promosi massal Tanda Tangan Digital pada bulan September 2016 nanti,” ujar Marshall.
Untuk memperluas penggunaan PrivyID, Marshall berniat untuk mendekati para pengembang aplikasi baru agar menggunakan PrivyID sebagai salah satu fasilitas login. Sejauh ini PrivyID telah mempunyai 12 orang karyawan, dan menjalankan operasional dengan dana sendiri alias bootstrapping.

Di luar negeri, sebenarnya sudah ada beberapa layanan yang mirip dengan PrivyID, seperti ID.me, DocuSign, dan SignEasy. Namun di Indonesia, PrivyID hampir bisa dibilang belum memiliki pesaing.
Apabila PrivyID berhasil mengajak lebih banyak pihak untuk menggunakan aplikasi mereka, bukan tidak mustahil kalau konsep identitas digital ini akan menjadi tren baru di dunia teknologi tanah air.

Diakuisisi Paktor, Aplikasi 17 Kini Hadir di Indonesia untuk Saingi Bigo Live

Paktor | Featured Image
Pada awal bulan Desember 2016 ini, aplikasi kencan dan media sosial Paktor mengumumkan kalau mereka telah melakukan akuisisi terhadap platform siaran langsung (live streaming) 17 Media. Selepas akuisisi ini, Paktor menyatakan kalau mereka akan mempromosikan aplikasi 17 ke berbagai negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
17 sendiri merupakan aplikasi yang bisa menampilkan video siaran langsung yang diunggah oleh para penggunanya, seperti Bigo Live. Berkantor pusat di Taiwan, 17 mengklaim kalau mereka telah memiliki lima belas juta pengguna. Selama ini, mereka begitu populer di negara-negara yang menggunakan Bahasa Cina.
“MNC, yang merupakan investor dari Paktor, juga telah berkomitmen untuk memberi dukungan yang maksimal terhadap Paktor dan 17 Media di negara-negara yang ingin kami masuki,” tutur Andryan Gouw, Country Manager 17 Media di Indonesia, kepada Tech in Asia Indonesia.
Andryan sendiri baru resmi menjadi Country Manager untuk 17 Media pada tanggal 1 November 2016 kemarin. Ia dan beberapa anggota tim 17 Media lain sebelumnya merupakan karyawan dari aplikasi live streaming pesaing, yaitu Nonolive.
“Perkembangan aplikasi 17 serta antusiasme manajemen mereka membuat saya percaya diri dan tertarik untuk bergabung,” ujar Andryan.

17 Media telah raih pendanaan Rp446 miliar

Aplikasi 17 | Screenshot
Tampilan aplikasi 17
Sebelum akuisisi ini, Paktor sendiri baru saja menerima pendanaan sebesar US$32,5 juta (sekitar Rp437 miliar) di bulan Oktober 2016. Investasi tersebut membuat total dana segar yang telah diterima Paktor hingga saat ini mencapai US$53 juta (sekitar Rp713 miliar).
Menurut CEO Paktor Joseph Phua, startup yang ia pimpin saat ini telah mempunyai neraca keuangan yang positif sejak meluncurkan fitur berlangganan beberapa bulan yang lalu. Selepas akuisisi ini, Joseph pun akan menempati posisi pimpinan di 17 Media. Sedangkan CEO 17 Media sebelumnya, Jeffrey Huang, akan menempati posisi Chairman.
Hingga sekarang, 17 Media pun telah mendapat investasi yang cukup besar, sekitar US$33 juta (sekitar Rp446 miliar).

Siap hambat perkembangan konten porno

Situs Diblokir | Illustration
Di tanah air, aplikasi siaran langsung seperti 17 justru tengah mendapat sorotan. Kemenkominfo baru saja melakukan pemblokiran terhadap Domain Name System (DNS) milik Bigo Live, sehingga layanan tersebut tidak bisa diakses lewat web.
Menanggapi hal tersebut, Andryan menjelaskan kalau 17 Media memiliki tim pemantau konten yang beroperasi selama 24 jam, 7 hari dalam seminggu. “Mereka akan dibekali software yang memungkinkan mereka bisa mengidentifikasi dan menindak setiap pelanggaran dengan cepat,” tegas Andryan.
Proses pemantauan ini pun akan dilakukan dalam dua tahap, yang masing-masing dilakukan oleh tim di Taiwan dan Indonesia. Selain itu, pengguna juga bisa memberi kontribusi dengan melaporkan konten ilegal melalui aplikasi 17.

MSI Akan Meluncurkan PC Pendukung VR Berbentuk Tas Punggung

MSI VR One|Featured Image
Pada Computex 2016 beberapa bulan silam, MSI sempat memperlihatkan sebuah prototipe pendukung virtual reality (VR) yang berbentuk seperti tas punggung. Dikombinasikan dengan Oculus Rift atau HTC Vive, perangkat ini akan memungkinkan pengalaman VR yang lebih leluasa pada penggunanya, karena mereka tidak lagi terbatas oleh kabel seperti jika menggunakan VR di PC.
Kini, prototipe tersebut tidak lagi dilanjutkan, karena ternyata MSI telah menyempurnakan perangkat pendukung VR lain, MSI VR One.

Teknologi yang rencananya akan diperkenalkan oleh MSI dan HTC pada perhelatan Tokyo Game Show 2016 ini adalah perangkat wearable pendukung VR berbentuk backpack pertama di dunia. Ditenagai oleh prosesor Core i7 terbaru dan seri GTX 1000, MSI VR One diklaim empat puluh persen lebih cepat dari model prototipe yang diperkenalkan MSI pada Computex 2016 lalu.
MSI VR One|Image 3
Selain dilengkapi dengan konfigurasi hardware terkini, MSI VR One juga memiliki bobot lebih ringan dibandingkan prototipe sebelumnya. Prototipe dari “PC gendong” ini memiliki berat 5 kg, sementara MSI VR One memiliki berat 3,7 kg. Berat dari MSI VR One masih lebih ringan dibandingkan laptop gaming dengan spesifikasi yang sama. Ini akan membuat penggunanya semakin leluasa untuk “bertualang” di dunia VR tanpa perlu khawatir punggung mereka akan pegal.
Kemampuan hardware dari MSI VR One juga didukung oleh penggunaan baterai dengan kapasitas besar, yang mampu bertahan selama kurang lebih 1,5 jam permainan. Dengan adanya baterai berkapasitas raksasa ini, pengguna tidak perlu lagi takut permainannya akan terhenti saat sedang seru-serunya.
MSI VR One|Image 5
Selain itu, MSI VR One juga dilengkapi dengan piihan konektivitas lengkap, seperti 4 port USB 3.0, 1 port HDMI, 1 Mini DisplayPort, 1 port USB Type-C yang mendukung Thunderbolt 3, 1 microphone jack, dan 1 headphone jack.

Dapat dikatakan bahwa MSI VR One adalah sebuah “PC gendong”, di mana produk ini akan menghasilkan panas ketika digunakan, sama seperti PC pada umumnya. Tanpa adanya solusi pendingin yang mumpuni, pengguna akan enggan untuk “menggendong” perangkat ini terlalu lama di punggung mereka.
Untuk mengatasi panas berlebih, MSI VR One menggunakan Dual 9 cm Ultra Blade Fan dengan sembilan buah heat pipe. Ini akan membuat suhu VR One tetap “dingin” walaupun digunakan dalam waktu yang lama.
MSI VR One|Image 4
MSI VR One|Dragon Center
MSI belum memberikan keterangan lengkap terkait dengan spesifikasi pendinginan pada MSI VR One, tetapi dari gambar yang dikirimkan bersama siaran pers, terlihat adanya dua lubang udara masuk pada bagian depan, dua lubang udara masuk pada bagian belakang, dan lubang udara keluar pada bagian sisi perangkat wearable pendukung VR  ini.
Kami belum mendapatkan informasi lebih lanjut tentang MSI VR One, tetapi menurut perkiraan, wearable pendukung VR ini akan memiliki banderol harga yang sama dengan laptop gaming MSI, melihat adanya kemiripan dari segi spesifikasinya.

BBM Kini Miliki Fitur Shopping dan Travel dengan Gandeng 2 Portofolio Emtek

bbm blackberry messenger fitur baru
Pada bulan Juni 2016 silam, perusahaan media tanah air Emtek berhasil mendapatkan lisensi untuk mengembangkan aplikasi chat yang sebelumnya dimiliki oleh BlackBerry, yaitu BlackBerry Messenger (BBM). Sejak saat itu, Emtek pun terus mengintegrasikan berbagai layanan yang mereka miliki ke dalam aplikasi chat tersebut.
Sebagai contoh, mereka telah menghadirkan fitur Video yang berisi konten milik Vidio.com, serta memasukkan artikel-artikel dari situs Liputan6, Bola, dan Bintang, ke dalam fitur baru BBM yang bernama News.
Sepanjang minggu ini, BBM pun kembali menghadirkan dua fitur baru yang bernama BBM Shopping dan BBM Travel. Kali ini, mereka bekerja sama dengan dua perusahaan portofolio Emtek yang lain, yaitu Bukalapak dan Reservasi.
Menurut Matthew Talbot, CEO dari BBM, langkah ini mereka ambil demi memenuhi kebutuhan 64 juta pengguna aktif mereka yang berbeda-beda. “Kehadiran fitur-fitur baru ini juga bisa membuat para pengguna tetap berada di dalam aplikasi BBM dalam waktu yang lebih lama,” tutur Talbot kepada Tech in Asia Indonesia.

Belanja online lewat BBM

BBM Shopping | Screenshot
BBM menghadirkan fitur BBM Shopping secara resmi pada tanggal 2 Desember 2016 yang lalu. Dengan fitur tersebut, kamu bisa membeli berbagai barang yang dijual di marketplace Bukalapak, tanpa harus meninggalkan aplikasi BBM.

Bahkan kamu pun bisa melakukan pembayaran lewat layanan pembayaran yang telah disediakan oleh BBM, yaitu BBM Checkout. Layanan ini adalah hasil kerja sama BBM dengan Midtrans.

Pesan tiket pesawat dan booking hotel lewat BBM

BBM Travel | Screenshot
Pada tanggal 7 Desember 2016 kemarin, BBM kembali menghadirkan fitur baru yang bernama BBM Travel. Dengan fitur ini, kamu bisa memesan tiket pesawat domestik dan internasional, serta memesan kamar di 200.000 hotel di seluruh dunia yang bekerja sama dengan Reservasi.
Untuk menggunakan fitur BBM Travel ini, kamu hanya perlu memilih tujuan penerbangan atau kamar hotel yang ingin kamu pesan. Setelah itu, kamu bisa memasukkan data diri dan melakukan pembayaran lewat BBM Checkout.
Reservasi sendiri merupakan perusahaan gabungan antara Emtek dan Interpark, sebuah toko online asal Korea Selatan.