Pelajaran yang Bisa Dipetik dari Tiga Game Indie Terlaris di Steam pada Tahun 2016

Tahun 2016 merupakan tahun yang penuh dengan game berkualitas tinggi. Baik perusahaan besar maupun tim-tim indie sama-sama berhasil menghasilkan produk berkesan, beraneka ragam, dan tentunya juga sukses di pasaran. Ini semua mematahkan stigma bahwa game indieidentik dengan harga murah, mutu tak jelas, serta tampilan visual yang begitu-begitu saja.
Valve telah merilis daftar game terlaris di Steam sepanjang tahun 2016. Di antara gempuran judul-judul raksasa seperti Fallout 4 dan The Witcher 3: Wild Hunt, ternyata ada beberapagame indie yang mampu bersaing di peringkat atas. Mari kita tengok kembali tiga game indieterlaris di Steam pada tahun 2016, serta pelajaran yang bisa kita ambil dari kiprah para developernya.

No Man’s Sky

No Man's Sky | Featured
No Man’s Sky banyak memicu kontroversi, tapi secara bersamaan juga berhasil menuai kesuksesan besar. Hello Games selaku developer patut kita acungi jempol karena berani membuat game dengan semesta virtual yang begitu luas berkat algoritma prosedural khusus. Terlepas dari gameplay dan konten yang masih bisa diperbaiki, algoritma ini adalah terobosan yang bisa mengubah metode desain level game di masa depan.
Kita juga tak boleh melupakan kejadian di malam Natal tahun 2013, ketika markas Hello Games di kota Guildford, Inggris, terkena musibah banjir. Aset-aset berharga, termasuk komputer dan barang-barang elektronik, lenyap atau musnah di malam tersebut. Tapi Hello Games bangkit lagi dan melanjutkan pengembangan No Man’s Sky lewat backup data milik mereka.
No Man’s Sky bukan produk yang sempurna. Tapi di balik kekurangan-kekurangannya, terdapat semangat juang serta idealisme kuat yang bisa kita teladani. Hello Games ke depannya juga harus belajar agar tidak terlalu banyak menjanjikan hal yang tak pasti, karena ketika janji-janji tidak terpenuhi, hasilnya adalah rasa kecewa.

Rocket League

Rocket League | Screenshot 1
Sebenarnya Rocket League dirilis pada bulan Juli 2015, tapi setahun kemudian, gamegabungan antara “bom bom car” dan sepak bola ini masih terus melaju sebagai salah satugame indie terpopuler di Steam. Menurut data SteamSpy, sampai sekarang Rocket League telah terjual sebanyak lebih dari 4,9 juta kopi! Angka yang sangat fantastis, dan bahkan belum termasuk penjualan versi PS4 dan Xbox One.
Resep kesuksesan Rocket League (selain konsep kocak dan gameplay yang seru) terletak pada frekuensi munculnya konten-konten baru. Harga jualnya yang hanya Rp135.999 sebetulnya tergolong murah, tapi Psyonix selaku developer terus menambahkan barang-barang kosmetik, mode, arena, hingga event baru selama setahun terakhir. Hasilnya, Rocket Leaguepunya value sangat tinggi dibanding uang yang dikeluarkan saat membeli.
Psyonix juga pandai memanfaatkan momen-momen seputar kultur pop lain untuk membuat konten tematik. Sebagai contoh, ketika film Batman v Superman: Dawn of Justice muncul, mereka merilis Batmobile sebagai DLC berbayar. Di lain waktu, DLC DeLorean hadir untuk merayakan ulang tahun Back to the Future ketiga puluh. Selalu ada yang baru di Rocket League, sehingga game ini tak pernah sepi dari peminat.

Stardew Valley

Stardew Valley | Screenshot 1
Sebagai sesama game yang dirilis di tahun 2016, total pendapatan Stardew Valley memang masih di bawah No Man’s Sky. Namun dari sisi angka penjualan, game bertema kehidupan bercocok tanam ini menang telak. Stardew Valley terjual sekitar dua juta kopi sejak Februari 2016 (menurut SteamSpy), dan beberapa waktu lalu baru saja dirilis untuk PS4 serta Xbox One.
Stardew Valley adalah contoh sempurna game yang dibuat oleh penggemar untuk penggemar. Sang developer bernama Eric Barone adalah pengagum berat seri Harvest Moon serta Rune Factory, dan ia benar-benar mencurahkan kecintaannya terhadap dua judul tersebut lewatgame ini. Barone juga mengidentifikasi hal-hal yang menurutnya kurang, kemudian mengubahnya menjadi lebih menyenangkan dengan caranya sendiri.
Barone sangat terbuka terhadap masukan dari komunitas. Ia juga mau bekerja sama dengan perusahaan lain untuk membantu penerbitan, lokalisasi bahasa, serta porting ke platform lain. Namun ia tetap punya visi jelas terhadap wujud game yang ia inginkan. Terbukti, ketika banyak pihak meminta agar mekanisme memancing diubah, Barone bergeming dan memilih untuk mempertahankan gameplay buatannya.

Secara singkat, kita bisa merangkum formula kesuksesan tiga game indie di atas ke dalamempat poin utama, yaitu:
  • Visi yang jelas,
  • Keterbukaan,
  • Semangat kerja yang tinggi, serta
  • Penambahan konten berkala.
Sekilas poin-poin ini terdengar sederhana, namun pada praktiknya tidak semua developer bisa menerapkan hal-hal tersebut dengan konsisten.
Di era modern ini, batas antara game indie dan AAA menjadi semakin kabur. Shahid Kamal Ahmad (mantan pimpinan tim manajemen konten Sony Computer Entertainment Europe)pernah berkata bahwa label “indie” atau “AAA” bukan pemisah antara satu jenis gamedengan game lainnya.
Game adalah game, dan yang terpenting adalah kualitas serta kreativitas di dalamnya. Semoga di tahun 2017 ini kita bisa melihat lebih banyak game indie yang lebih baik dan lebih sukses dari tiga judul di atas.

Tidak ada komentar:
Write komentar
Recommended Posts × +